Puspaga Terbentuk, DPPPA Kutim: Garda Terdepan Atasi Masalah Keluarga

KRONIKKALTIM.COM – Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kutai Timur (Kutim) resmi terbentuk. Nurika Nugraheni, S. Psi dipercaya memipin wadah pembinaan dan ketahanan keluarga itu.

Terpilihnya Nurika sebagai ketua kelompok kerja setelah seluruh peserta rapat di Aula Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Kutim sepakat menunjuknya secara aklamasi.

Sementara itu, Asnaeine M.Hut, CH didaulat sebagai sekretaris Puspaga Kutim. Diketahui, Puspaga merupakan salah satu program unggulan dari Kementrian PPPA yang secara umum bertujuan untuk meningkatkan kehidupan keluarga dan ketahanan keluarga.

Secara lebih spesifik, PUSPAGA berfungsi sebagai One stop service /layanan satu pintu keluarga, Holistik Integratif berbasis anak. Yakni, meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengasuh dan melindungi anak serta terciptanya rujukan pengasuhan, pendidikan, kesehatan, perlindungan bagi anak dan orang tua / keluarga guna menunjang tumbuh kembang anak secara optimal.

Dalam sambutannya, Nurika menjelaskan, Puspaga merupakan salah satu mitra pemerintah untuk membantu mengatasi permasalahan keluarga yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, Puspaga harus terlebih dahulu membekali diri dengan ketahanan kelurga yang baik.

“Setelah itu akan mudah menatrasfer kembali semangat dan ilmu tersebut kepada orang lain,” ujarnya, Jumat (5/12/2019) kemarin.

Acara yang dirangkai dengan sosialisasi Puspaga itu dibuka oleh Kepala Dinas DPPPA Kutim Aisyah, M. Kes. Turut hadir hadiri Kabid Pemenuhan Hak Anak Rita Winarni, SE. MM serta sejumlah Kasi DPPPA Kutim, diantaranya Kasi Perlindungan Khusus Anak, Yurlena, SE.

“Puspaga merupakan suatu wadah dimana masyarakat bisa mendapatkan informasi sosialisasi dan tempat konsultasi,” terang Aisyah.

Sebab, lanjut dia, Puspaga adalah garda terdepan untuk mengatasi suatu permasalahan dalam keluarga. Dan apabila belum dapat terselesaikan maka akan merujuk ke DPPPA. “Mengingat di Kutai Timur untuk permasalahan keluarga cukup tinggi,” tutur Aisyah.

Sementara itu, ustazah Sa’diaturrohmah, S. Psi yang akrab disapa ustzh Rohmah dalam sosialisasi itu memberikan sejumlah masukan. Diantaranya, menempatkan psikolog di setiap puskesmas seperti yang selama ini di terapkan di Yogyakarta.

“Karena puskesmas adalah wadah yang dapat menyentuh masyarakat hingga level bawah. Ada masyarakat yang sakit tetapi tidak terscreming oleh medis, dan kasus seperti ini lebih banyak. Ternyata sikilogisnyalah yang sakit,” pungkasnya. (Nen/Irs).