Goa Kongbeng, Peninggalan Hindu yang Sarat Makna Kehidupan

(Goa Kongbeng, dengan Kisah Legenda via Instagram/Â wulan_suling)

Keyakinan bahwa Goa Kombeng pernah digunakan oleh Raja Kutai Hindu sebagai tempat pemujaan atau lokasi untuk bertapa diperkuat dengan penemuan sejumlah patung batu atau arca peninggalan sejarah yang perkirakan berasal dari masa pemerintahan Raja Mulawarman pada abad ke-4 Masehi.

KRONIKKALTIM.COM – Goa Kongbeng di Kutai Timur (Kutim), terletek di Gunung Kombeng, Desa Juq Ayaq, Kecamatan Kombeng. Goa ini diperkirakan berada di ketinggian bukit 30 meter dari permukaan tanah.

Pada Minggu (15/12/2019) lalu, rombongan jurnalis berkesempatan mengujungi goa yang dikenal memiliki jejak peninggalan masa lampau itu. Mereka dipandu oleh angggota Karang Taruna Selabing, Bambang Zola.

Turut hadir dalam kunjungan tersebut, Deputi Direktur Yayasan Bioma Danang Sukobudi dan Kasubag Internal dan Eksternal Biro Humasprov Kaltim Hj Murni.

Sebelumnya, rombongan jurnalis ini mendatangi Desa Benhes (Bea Nehes), Kecamatan Muara Wahau, Kutim yang masuk dalam Program Kampung Iklim (Proklim) plus, Forest Carbon Partnership Facility Carbon Fund (FCPF CF).

Sebelum masuk ke goa Kongbeng, Bambang Zola memberikan keterangan terkait keberadaan goa yang merupakan gunung batu karst yang disekitarnya dikelilingi perkebunan kelapa sawit.

Diceritakan, Goa Gunung Kongbeng memiliki ruang cukup luas ini salah satu peninggalan Kerajaan Kutai Hindu atau Kerajaan Kutai. Dulu, goa ini pernah digunakan oleh Raja Mulawarman sebagai tempat pemujaan.

Di dalam gua terdapat sejumlah patung batu atau arca peninggalan sejarah yang perkirakan berasal dari masa pemerintahan Raja Mulawarman pada abad ke-4 Masehi.

“Yang menarik saat berada dibawah goa, hembusan angin dari atas dinding mengeluarkan udara dingin membuat siapa saja yang berkunjung pasti menikmatinya. Anginnya yang dingin sejuk ini tidak pernah berhenti berhembus,” kata Bambang  Zola.

Hingga saat ini, lanjutnya, Goa Kongbeng menjadi salah satu obyek wisata sejarah favorit di daerah Kutim. Setiap akhir pekan maupun hari libur nasional, goa ini selalu dipadati pengunjung untuk menyaksikan keunikan-keunikannya.

Termasuk situs-situs peninggalan sejarah dari masa Kerajaan Kutai. Pengunjung yang sering memadati gua ini tidak hanya warga Kongbeng dan Kutim, melainkan berasal dari berbagai daerah,

Goa Kongbeng pada hari besar keagamaan maupun hari hari tertentu menjadi tempat pemujaan bagi masyarakat  Bali. Faktanya sesajen yang ada diatas batu di mulut maupun disamping goa bukti mereka baru saja melakukan pemujaan. Bahkan hari libur banyak masyarakat datang berkunjung.

“Selama ini pengunjung dari masyarakat lokal, Bontang dan daerah lainnya di Kaltim, sementera turis dari mancanegara  baru dari Kanada. Kita  harapkan media dapat mengeksplor Goa Kongbeng ini, sehingga bisa lebih dikenal secara nasional bahkan internasional,” tandas Bambang.

Diakuinya, Goa Gunung Kongbeng sepintas tampak menyeramkan karena memiliki bentangan yang cukup besar. Namun, dibalik itu menyimpan beragam keunikan yang mempesona. Saat masuk ke dalam goa, pengunjung  akan menyaksikan pemandangan batangan-batangan batu kapur yang menempel di langit-langit gua dengan ujung meruncing (stalaktit) dan susunan batu kapur berbentuk kerucut yang berdiri tegak di lantai gua (stalagmit).

Dibanding goa lainnya, goa kongbeng ini memiliki perbedaan tersendiri. Didalam goa udaranya sangat dingin dan setelah masuk kedalam goa kurang lebih 100 meter, terdapat tiga lubang di langit goa, sehingga  cahaya yang masuk sangat indah membuat dinding-dinding karst berubah warna kehijauan .

Goa Kongbeng memang memiliki keindahan  yang sangat luar biasa, namun sangat disayangkan tidak terawat dan dijaga dengan baik. Hal itu bisa dibuktikan adanya coretan-coreten cat pilox disekitar dinding goa yang dilakukan orang-orang tidak bertanggungjawab. (mar/yans/humasprov kaltim).