Mahyunadi Galang Dukungan 7 Partai Non-Parlemen untuk Pilkada Kutim

Kronikkaltim.com – Menjelang Pilkada Kutai Timur (Kutim) 2024, persaingan semakin ketat. Bakal Calon Wakil Bupati Kutim, Mahyunadi, yang juga Ketua Partai Perindo Kutim, berupaya memperkuat basis dukungannya dengan strategi koalisi yang inovatif. Sementara calon lainnya, Kasmidi Bulang, sudah mendapat dukungan kuat dari enam partai yang mayoritas partai parlemen, Mahyunadi dan pasangannya, Ardiansyah Sulaiman, mengambil langkah berbeda dengan menggandeng partai non-parlemen.

Kasmidi Bulang, yang mendapat dukungan dari Golkar, Nasdem, Gerindra, PAN, Gelora, dan PDI Perjuangan, terlihat memiliki posisi kuat dengan aliansi partai besar. Langkah ini menunjukkan kekuatan politik yang signifikan dan soliditas dukungan dari partai-partai mapan.

Namun, Mahyunadi tak mau kalah. Setelah mengamankan dukungan dari PKS dan Perindo, Mahyunadi berusaha memperluas jaringan politiknya dengan merangkul tujuh partai non-parlemen: Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Ummat, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Buruh, Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), dan Partai Garuda. Langkah ini tidak hanya memperlihatkan kecerdasan politik Mahyunadi, tetapi juga memperkuat basis dukungan politik yang lebih luas.

Dalam pertemuan yang berlangsung Kamis (4/7/2024), Mahyunadi menekankan pentingnya membangun jaringan yang inklusif dan solid. “Dukungan dari partai-partai ini sangat kami hargai. Ini bukan hanya soal politik, tapi juga tentang kerjasama untuk masa depan Kutim yang lebih baik,” ujarnya.

Dukungan dari partai-partai non-parlemen, meski tidak memiliki kursi di DPRD, memiliki nilai strategis karena mewakili berbagai kepentingan dan suara baru yang bisa memperkaya dinamika politik di Kutim. Mahyunadi melihat ini sebagai peluang untuk menjangkau pemilih yang mungkin merasa kurang terwakili oleh partai-partai besar.

“Koalisi ini adalah bukti komitmen kami untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Kutim dari berbagai lapisan,” tambah Mahyunadi, yang bertekad menjadikan Kutim sebagai wilayah yang lebih inklusif dan berdaya saing.

Dengan strategi ini, persaingan antara Kasmidi dan pasangan Ardiansyah-Mahyunadi semakin memanas. Peta dukungan yang sebelumnya terlihat didominasi oleh partai besar kini diimbangi dengan kehadiran partai non-parlemen yang siap memberikan kontribusi signifikan.

Ini mencerminkan demokrasi yang sehat, di mana berbagai suara dan aspirasi dapat menemukan tempatnya. Hasil akhir dari pertarungan ini masih harus ditunggu, namun yang pasti, Pilkada Kutim kali ini akan menjadi ajang yang menarik untuk disimak.

Langkah Mahyunadi dalam menyatukan partai non-parlemen menunjukkan betapa pentingnya setiap elemen dalam demokrasi. Apakah strategi ini akan memberikan efek kejut yang diperlukan untuk mengungguli Kasmidi? Waktu yang akan menjawabnya.(Im).