Beda Pandangan Penyebab Banjir Sangatta hingga Klarifikasi KPC dan DLH

Beda Pandangan Penyebab Banjir Sangatta hingga Klarifikasi KPC dan DLH

Kronikkaltim.com – Banjir yang mendera sejumlah wilayah di Kutai Timur (Kutim) menjadi pukulan telak bagi sebagian warga, termasuk mereka yang bermukim di Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan. Transportasi umum sempat lumpuh, akses jalan tergenang, listrik dan PDAM mati total, hingga kerugian material dialami warga.

Atas musibah tersebut, pendapat mengenai penyebab banjir pun kini bermunculan dari berbagai kalangan, tak terkecuali masyarakat itu sendiri. Sejumlah dari mereka menilai banjir disebakan oleh curahan hujan cukup tinggi disertai air kiriman dari hulu sungai.

Namun demikian, tidak sedikit juga warga yang beranggapan lain terkait penyebab banjir. Masyarakat dari kalangan ini menuding perusahaan tambang sebagai biang kerok penyebab banjir Sangatta. Mereka menilai banjir terjadi cukup parah lantaran ada tanggul milik perusahaan tambang batu bara yang jebol.

Terkait hal tersebut, Management PT. Kaltim Prima Coal (KPC) mengeluarkan press reales yang ditanda tangani oleh Wawan Setiawan selaku GM External Affairs and Sustainable Development

Dalam press reales itu, Wawan menjabarkan lima point penting yang menjadi catatan untuk disampaikan ke publik dan sekaligus untuk meluruskan serta menepis issue yang belum diketahui kebenarannya secara pasti dari pihak PT. KPC.

Mencermati issue negative tentang operasional PT Kaltim Prima Coal (KPC) yang beredar di media berkaitan dengan banjir Sangatta, maka dengan ini kami perlu meluruskan beberapa hal, sbb:

1. KPC memastikan, pengelolaan air tambang masih sesuai aturan yang dipersyaratkan, baik baku mutu kualitas air maupun debit air keluaran menuju sungai sebagai badan penerima. Hal ini telah dicek secara langsung oleh DLH Kutai Timur dan telah diambil sampel di titik penaatan kolam tambang KPC untuk uji laboratorium. Demikian juga dengan debit air yang keluar menuju sungai Sangatta, masih di bawah standar, seperti Kolam PSS Bendili debit maksimal yang boleh keluar adalah 10,56 m2/detik, namun pada saat banjir tanggal 19-20 Maret 2022, debit yang keluar hanya 5,05 m2/detik. Di kolam J Void, debit yang keluar sebanyak 6,12 m2/detik dari 15,6 m2/detik yang diperbolehkan.

2. Catchment area tambang KPC, hanya menyumbang 6,06 persen dari total luas DAS Sangatta, sehingga kontribusi untuk pembentukan volume air dari wilayah terganggu KPC ke sungai Sangatta juga tergolong kecil. Dan yang pasti, seluruh area tangkapan air di tambang KPC tertampung di kolam-kolam pengendap berizin dan dilakukan treatment kualitas dan kuantitas airnya. Untuk DAS Sangatta, ada tujuh kolam yang seluruh baku mutu, kualitas air dan debitnya memenuhi baku mutu ijin kolam; yaitu Kolam Marsawa, Cempaka, PSS, Melawai 2, WQ27D, WQ27F, WQ33. Semua kolam ini berjalan normal saat banjir terjadi dan tidak ada yang jebol bangunan airnya seperti issue yang berkembang di media sosial.

3. Pada tanggal 18-20 Maret 2022, ada dua kondisi yang memicu banjir besar, di DAS Sangatta, yakni curah hujan yang sangat tinggi mencapai 167 mm/hari dengan air pasang yang naik mencapai lebih dari 2,5 meter. Hal ini membuat air hujan yang deras tidak dapat mengalir ke laut dan membanjiri sepanjang sempadan sungai Sangatta. Pantauan kami di outlet PSS Bendili, justru air dari arah sungai Sangatta masuk ke sungai Bendili dan tertahan lama tidak mengalir keluar sehingga volume lebih besar dari biasanya.

4. Anggapan bahwa luas area bukaan KPC sangat mungkin meningkatkan volume air menuju sungai dan menyebabkan banjir saat hujan terjadi tidaklah benar. Perlu kami luruskan bahwa, seluruh air hujan yang jatuh ke area terbuka KPC telah ditampung di kolam-kolam pengendap dan dikontrol baik kualitas maupun kuantitas airnya. Selain melakukan pengelolaan air tambang, KPC juga melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara progresif. Dari 32,542 hektar lahan yang ditambang, sebanyak 13,267 hektar (40,77%) telah direklamasi kembali. Sejak tahun 2014 luasan target reklamasi KPC selalu di atas 1000 hektar.

5. Karyawan KPC dan kontraktornya saat ini berjumlah 27 ribu lebih dan jika ditambah keluarga, maka totalnya sekitar 81 ribu jiwa. Mayoritas karyawan tinggal di Sangatta dan Bengalon, yang mana kami juga mengkonsumsi air Sungai Sangatta dan Bengalon. Untuk itu kami menjaga kualitas air Sangatta dan Bengalon seperti halnya menjaga keluarga dan diri kami sendiri.

Disi lain, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kutim, Aji Wijaya Effendie dalam keterangannya memastikan bawa, tidak ada tanggul perusahaan pertambangan yang jebol sehingga menyebabkan banjir. (Red).