KPC Beberkan Program Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang di UKW AJKT

Kronikkaltim.com – Superintendent conservation and agribusines (SCA) PT Kaltim Prima Coal (KPC), Sugeng Wiyatno memaparkan sejumlah hal terkait upaya optimalisasi lahan pasca tambang dalam program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM) CSR PT KPC.
Paparan tersebut disampaikan saat menjadi pemateri di kegiatan ujian kompetensi wartawan (UKW) Solopos yang difasilitasi Aliansi Jurnalis Kutai Timur (AJKT) di Haaotel Royal Victoria Sangatta, Minggu (14/11/2021).
Sugeng mengatakan, optimalisasi lahan pasca tambang dalam PPM CSR PT KPC merujuk pada misi perusahaan yang di diantaranya, memupuk budaya yang mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan lingkungan dalam segala tindakan.
Selanjutnya, memelihara tata kelola perusahaan yang baik dan mempromosikan perusahaan sebagai warga yang baik, menyediakan lingkungan belajar untuk mencapai keunggulan dan meningkatkan kesejahteraan, mengoptimalkan nilai bagi semua pemangku kepentingan, dan menyelenggarakan praktik pengelolaan serta operasi terbaik untuk menghasilkan produk dan kinerja berkualitas tinggi secara konsisten.
Adapun visi PT KPC, yaitu produsen batubara terkemuka Indonesia untuk memenuhi kebutuhan dunia, yang memberikan nilai optimal bagi semua pemangku kepentingan.
“Visi ini mendorong kemandirian dan kesejahteraan pasca-tambang disekitar wilayah tambang melalui pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berlandaskan pada tujuan pembangunan berkelanjutan,” terang Sugeng.
Sugeng menguraikan, dalam proses pembangunan daerah, PT KPC mengambil peran sebagai katalisator dan motivator dalam program PPM. Hal ini mengacu pada cetak biru (blue print) rencana pembangunan nasional, provinsi serta kabupaten. Termasuk rencana pembangunan kecamatan dan desa.
Misi PPM lainnya, kata Sugeng, mengembangkan semangat dan praktik kemitraan dengan lembaga dan organisasi masyarakat, pemerintah dan institusi pendidikan. Disamping melakukan peningkatan masyarakat di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.
“Mengarahkan kegiatan pembinaan masyarakat yang mendorong kemampuan dan tumbuhnya agen pembaharuan unit usaha lokal dalam rangka menciptakan lapangan pekerjaan untuk memperkuat modal ekonomi dan modal sosial,” jelas Sugeng.
Dalam menyusun kajian terkait desain restorasi ekosistem lahan bekas tambang, Sugeng mengatakan bahwa PT KPC bekerjasama dengan Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. Dalam prakteknya, pemanfaatan lahan di bagi ke dalam 5 zonasi. Yaitu, zona wisata 11,7 persen, zona pemanfaatan 38,6 persen, zona konservasi 20,6 persen, zona lindung 14,6 persen, dan zona penyangga Taman Nasional Kutai 14,5 persen.
Sugeng merinci skema CSR PT KPC dalam rencana pasca tambang dan wilayah masyarakat ingkar tambang. Menurutnya, sejumlah bidang program yang dirumuskan dalam skema tersebut. Adapun implementasinya disebut disesuaikan dengan arah pembangunan daerah mulai dari tingkat Kabupaten sampai desa dengan juga memperhatikan berbagai issue nasional dan internasional. Bidang program ini meliputi, Peningkatan penguatan kemandirian desa, Program pengembangan masyarakat, Peningkatan dan penguatan kapital manusia, fisik, finansial dan budaya, Pemulihan ekologis, integrasi kapital ekologis, pemanfaatan lahan pasca-tambang, kemandirian desa, kehidupan masyarakat mandiri dan berkelanjutan.
Yang menarik, Sugeng membeberkan tiga program unggulan pemanfaatan lahan pasca-tambang PT KPC, petama Telaga Batu Arang (TBA). “Targetnya menjadi wisata konservasi berbasis masyarakat,” ucap Sugeng.
TBA merupakan danau bekas tambang pit Surya milik PT KPC yang kini telah disulap menjadi eco tourism dari sebelumnya kawasan pertambangan batu bara. Kawasan ini memiliki luas 270 hektar are dengan telaga seluas 12,43 hektar. Tempat wisata ini telah direklamasi sejak 2001, dan menjadi wisata edukasi, kebun botani dan hewani, serta menjadi zona wisata pasca-tambang.
TBA memiliki keanekaragaman hayati melalui rehabilitasi lahan juga telah mengundang berbagai hewan endemic. Bahkan air dari telaga dikategorikan kelas A yakni air baku air minum oleh BPPT dan dapat menjadi sumber air PDAM.
Namun saat ini TBA masih dalam proses penyiapan infrastruktur dan ujicoba berbagai obyek wisata yang ada, sehingga belum dibuka untuk umum. Pemanfaatannya masih terbatas secara internal di KPC.
Kedua, disebutkan Sugeng yaitu Peternakan Sapi Terpadu (PESAT). PESAT menghasilkan susu segar serta olahannya dan usaha penggemukan sapi skala kecil. PESAT disebut dirancang dalam rangka mendukung pencapaian swasembada daging nasional.
Ketiga Jupiter Farm, Jupiter Farm merupakan peternakan sapi Bali dan ayam petelur. Sugeng menagatakan di Jupiter farm populasi sapi Bali 93 ekor, sedangkan ayam petelur sebanyak 3.000 ekor dengan produksi telur 3.750 kg/bulan.
Tak hanya itu, KPC beberapa waktu lalu juha telah meresmikan breeding farm atau Pusat Pembibitan Unggas Lokal yang dibangun pada lahan pascatambang D2 Murung, samping Peternakan Sapi Terpadu (PESAT), Kabo Jaya. Peternakan ini menjadi kado istimewa di hari ulang tahun ke 22 Kutai Timur.
Pembangunan Pusat Pembibitan Unggas Lokal sendiri telah menelan biaya CSR KPC mencapai Rp 3,2 miliar. Anggaran tersebut digunakan untuk membangun sarana dan prasarana, berupa dua unit kandang masing-masing berkapasitas 3000 ekor indukan, satu unit hatchery (tempat pengeraman dan penetasan), tiga mesin pengeraman dan satu mesin penetasan berkapasitas 10 ribu butir telur. Kawasan seluas satu hektar itu juga dilengkapi dengan satu unit bangunan untuk perkantoran dan gudang pakan, dan dua unit fasilitas biosecurity. Pada program ini, KPC akan bekerjasama dengan dengan Yayasan Sangatta Baru (YSB), PT Yakin Sukses Bersama, dan PT Sumber Ungas Indonesia.
Adapun jenis ayam yang dikembangkan di kawasan Pusat Pembibitan Unggas Lokal KPC adalah Ayam Sentul dengan sertifikasi Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Indonesia. Pada dua kandang ini, akan dikembangkan 6000 ekor indukan dengan target bisa mencapai produksi 20 ribu ekor DOC per bulan.
Menurut data HIMPULI Kaltim, kapasitas produksi 20 ribu tersebut, bisa memenuhi 30 persen kebutuhan DOC Kaltim per bulan, yang dapat mencapai 80 ribu ekor. (Red).