Ketua AJKT Ingin Kutim Tiru Berau Pelihara Ekosistem Mangrove
Kronikkaltim.com – Mangrove dengan segudang manfaatnya memiliki peranan penting untuk Indonesia lestari. Tidak melulu soal manfaatnya di bidang ekonomi, tetapi juga sebagai penyedia oksigen, pelindung gelombang, mengurangi terjadinya abrasi, mengurangi pemanasan global, dan sebagai tempat berkembang biak satwa seperti ikan, udang, dan kepiting.
Ketua Aliansi Jurnalis Kutai Timur (AJKT) Sukriadi turut melihat hal tersebut sebagai suatu hal yang berharga. Terlebih saat ini di Kutai Timur (Kutim) terdapat beberapa lokasi ekosistem mangrove yang cukup dekat dengan kehidupan masyarakat.
“Seperti di kawasan Teluk Lombok Desa Sangkima, Teluk Kaba kawasan TNK (Taman Nasional Kutai), hingga di kawasan Pelabuhan Maloy. Itu semua adalah kawasan ekosistem mangrove yang ada di Kutim, wajib kita pelihara untuk kelestarian alam kita bersama,” ucap lelaki yang karib disapa Sukri itu.
Dia mencontohkan, seperti di Kabupaten Berau saat ini telah menjadi kabupaten dengan ekosistem mangrove terbesar di Kalimantan Timur, dengan 86.067 hektare tersebar (hasil riset Institut Pertanian Bogor dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara, 2018). Apalagi, pelestarian ekosistem mangrove di Berau tidak terlepas dari komitmen Pemerintah Kabupaten Berau dalam pengelolaannya yang berkelanjutan, dan telah menelurkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pengelolaan Mangrove di Kawasan Area Penggunaan Lain.
“Tidak heran, mantan Bupati Berau, Almarhum Haji Muharram Supu, dalam berbagai kesempatan secara filosofi menyatakan bahwa mangrove adalah perpanjang-tanganan Tuhan untuk menyelamatkan lingkungan. Sejak dulu masyarakat pesisir Berau hidup berdampingan dengan ekosistem hutan mangrove,” ucapnya.
“Itu yang perlu kita tiru dari kabupaten tetangga kita (Berau). Kutim juga ke depannya saya harap bisa seperti Berau, lebih meningkatkan kepedulian terhadap ekosistem mangrove dan memanfaatkannya sebagai pelengkap berbagai kebutuhan pangan dan papan, hingga obat tradisional. Selain itu, juga bisa menjadi tempat berlindung dari angin kencang yang datang di musim tertentu,” terang pria yang merupakan salah satu anggota Iskindo (Ikatan Sarjana Kelautan Indonesia). (Raymond Chouda/Red).