Kurangi Bahan Baku Keluar Kaltim untuk Kelangsungan UMKM Lokal
Kronikkaltim.com – Ketersediaan bahan baku akan menjadi kunci sukses pengembangan industri di Kaltim. Bahan baku yang cukup dan terjamin akan menjadi penentu kontinuitas produk, serta kesinambungan pasar.
Pasalnya, tidak sedikit kerja industri terhambat, bahkan terhenti lantaran kesulitan mereka mendapatkan bahan baku. Industri mebel kayu dan rotan misalnya.
“Rotan dan mebel itu terpenting adalah bahan bakunya. Nah, selama ini kayu-kayu dari Kalimantan Timur ini lebih banyak diantarpulaukan. Nah, ini harus dikurangi, sehingga UMKM kita bisa hidup dan maju,” kata Staf Ahli Gubernur Kaltim Bidang Polhukam H Wahyu Widhi Heranata saat mewakili Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim HM Sa’bani membuka Pelatihan Mebel Kayu dan Rotan, sekaligus Pelatihan Manajemen Pemasaran Produk Bagi UMKM di Gedung UPTD Pelatihan Koperasi Jalan DI Pandjaitan Nomor 3 Samarinda, Selasa (24/11/2020).
Mantan Kepala ESDM Kaltim itu lalu memberi contoh. Era tahun 1990an, industri kayu Kaltim begitu berjaya. Di Samarinda saja, terdapat 16 hingga 20 perusahaan industri pengolahan kayu lapis. Tapi sekarang, fakta itu hilang dan tinggal kenangan.
“Apa sebabnya? Karena mereka kesulitan bahan baku,” sebut Wahyu Widhi yang juga sangat paham kondisi industri perkayuan di daerah ini, karena selama beberapa tahun, ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kehutanan Kaltim.
Ke depan, dalam kepemimpinan Gubernur Isran Noor dan Wakil Gubernur Hadi Mulyadi dengan tekad kuat “Kaltim Berdaulat”, maka perlu ada regulasi untuk pengiriman bahan baku hasil hutan kayu dan bukan kayu ke luar Kaltim. Jadi, tidak semua raw material bisa diantarpulaukan. Harus ada penyiapan bahan baku untuk keperluan internal industri di Kaltim.
Sebab menurutnya, penikmat manfaat dari kebijakan pengiriman kayu dan bukan kayu antarpulau itu adalah daerah penerima, semisal Surabaya dan Gresik. Industri kayu di sana masih berproduksi dengan baik. Padahal, jika produk hasil kayu dan bukan kayu itu bisa diolah menjadi barang jadi, maka nilai tambahnya sudah pasti akan berlipat ganda bagi Kaltim.
“Nah, ini tidak boleh terjadi ke industri mebel rotan dan kayu kita. Ketersediaan bahan baku ini harus benar-benar kita siapkan agar mereka bisa berkembang dengan baik dan secara langsung akan memperkuat ekonomi Kaltim. Karena UMKM ini kan lebih tahan banting dari resesi atau pandemi,” tegas Didit, sapaan akrabnya.
Demikian dengan industri kuliner, seperti pembuatan emping pedas. Sebagian bahan bakunya didatangkan dari Jawa, padahal Kaltim masih memiliki lahan sangat luas. Semestinya, para petani Kaltim juga menanam melinjo dengan koordinasi dinas terkait untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri lokal. Demikian halnya dengan industri dan kerajinan lainnya.
Sementara Kepala Disperindagkop dan UKM Kaltim HM Yadi Robyan Noor menjelaskan hingga saat ini pihaknya sudah melatih tidak kurang dari 2.230 para pelaku usaha dalam 520 pelatihan.
“Pemetaan kita terdapat 307.343 UMKM dengan jumlah anggota mencapai 1,5 juta orang. Ini potensi untuk kita lakukan pembinaan, pengawalan dan pendampingan. Jadi bukan hanya untuk menggerakkan ekonomi masyarakat, tapi juga menambah pengetahuan dan skill mereka,” jelas Roby, sapaan akrabnya.
Pembukaan acara juga dihadiri Kepala UPTD Pelatihan Koperasi Disperindagkop dan UKM Kaltim Zainuddin Panani dengan jumlah peserta 60 orang, berasal dari pelaku usaha UMKM dan pemuda pengrajin kayu dan rotan di Kaltim. (sul/humasprov kaltim)