Kaget Disambangi Mahyunadi, Salaming Bapak 2 Anak Penderita Strok Hanya Bisa Berucap Syukur dan Terima Kasih

Foto: Bakal Calon Bupati Kutim Mahyunadi berfoto bersama Salaming (tengah) bapak 2 anak penderita penyakit strok saat dijumpai di rumah Maulana Yusuf Jalan H Masdar, Sangatta Utara.

Kronikkaltim.com – Salaming, demikian pria 45 tahun asal Gunung Kudung, Jalan Poros Muara Wahau, Desa Tepian Langsat, Kecamatan Bengalon, Kutai Timur (Kutim), itu dipanggil. Langkah kakinya tampak terseok-seok. Sembari membenahi sarung yang membebat pinggangnya, dia terus mencoba menguatkan langkah.

Dengan baju polo berkerah dan kopiah hitam menempel di kepala, Salaming mencoba menggerakkan tangan kanannya mencoba menyalami Mahyunadi yang sedang mengulurkan tangannya. Bapak dua anak itu menderita penyakit stroke.

Selama hampir 1,5 tahun terakhir, Salaming berkutat melawan penyakit strokenya. Ujian yang mendera pria asal Sulawesi Selatan (Sulsel) itu terbilang cukup menyedihkan. Di tengah ujian penyakit yang menghinggapinya, sang istri pun memilih meninggalkan dia bersama kedua anaknya yang masih kecil-kecil, Wiwin (7) dan Ridho (11) namanya.

“Sudah setahun setengah sakitnya,” demikian ucapan singkat yang diutarakan Salaming saat ditanya-tanya kondisi kesehatannya saat disambangi Mahyunadi di perumahan masjid Jalan H Masdar, Sangatta Utara, Sabtu (19/9/2020) siang.

Sekitar awal 2019 lalu, Salaming merantau ke Gunung Kudung, Kutim, dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Namun nasib berkata lain, baru beberapa bulan menginjakkan kaki di Kutim, Salaming mendadak terserang penyakit strok.

Hari berganti bulan, kondisi Salaming tidak kunjung membaik. Sang istri yang merasa sudah tidak sanggup mengurus penyakit sang suami dan kedua anaknya, diam-diam meninggal mereka dan memutuskan untuk pergi menikah dengan pria lain.

“Saat awal-awal saya ke sini, saya terkena penyakit strok,” ucapnya dengan nada terbatas lantaran Salaming ternyata tidak fasih bahasa Indonesia.

Kepada Mahyunadi, Salaming bercerita dalam bahasa daerahnya, bahwa dia hidup dalam serba keterbatasan sejak terserang penyakit strok. Untuk sekadar memenuhi kebutuhan sehari-hari, dia hanya berharap bantuan dari tetangganya.

“Terima kasih pak. Terima kasih atas bantuannya,” ucap Salaming dengan nada parau dan mata berkaca-kaca usai menerima bantuan sembako dan uang santunan dari Mahyunadi. Berawal dari Pesan di Medsos Informasi kehidupan Salaming yang serba kekurangan diketahui Mahyunadi dari salah satu pesan media sosial (medsos).

Dari situ, lewat timnya, Mahyunadi mencari tahu kebenaran informasi itu dan mendapatkan bahwa Salaming telah dirujuk dari Gunung Kudung ke Sangatta oleh seorang warga bernama Maulana Yusuf (32) warga Jalan H Masdar, Sangatta Utara.

Kepada Mahyunadi, Maulana menceritakan, semula dia tidak sengaja bertemu dengan Salaming dan kedua anaknya saat mengantar salah satu jualannya ke Gunung Kudung akhir pekan lalu. Pada saat duduk kopi-kopi, tiba-tiba seorang anak perempuan menyambanginya.

“Saya tanya, sudah makan belum? Kemudian saya suruh pilih mau makan apa. Saya tanya, siapa namanya? Dia jawab, katanya Wiwin. Saya tanya lagi, kelas berapa dek. Dia jawab, kelas IV SD. Tapi enggak sekolah lagi,” tutur Maulana.

Dari situ, Maulana kemudian mengajak Wiwin untuk sekolah di Sangatta. Sejurus kemudian, pemilik warung kopi menyahut, kalau mau bawa anak itu ke Sangatta, maka bawa juga dengan kakak dan bapaknya.

“Loh, kok maksudnya gimana pak. Kata bapaknya, anak itu mengurusi bapaknya yang lagi sakit setruk. Setelah dari situ, saya langsung belikan sembako buat anak itu dan bapaknya. Dan saat saya ke rumahnya, ternyata bapaknya memang sakit,” lanjut Maulana bercerita.

Hati pria berbadan tinggi besar itu kian terenyuh, setelah mendapati kondisi kehidupan Salaming dan kedua anaknya yang cukup memprihatinkan. Salaming dan anak-anaknya tinggal di rumah yang kondisinya sudah sangat rusak dengan atap yang telah banyak bocor.

“Saya kemudian ke Sangatta. Beberapa hari setelah itu, saya kembali ke Gunung Kudung mengajak bapaknya untuk berobat dan bapaknya mau,” tuturnya.

Maulana sendiri merasa cukup kaget saat tahu kalau ada tim dari Mahyunadi menghubunginya. Semula dia tidak cukup ragu dengan hal itu. Namun semua rasa ragu itu terjawab saat Maulana melihat sendiri Mahyunadi hadir di kediaman tempat dia dan Salaming tinggal.

“Saya kaget sih, kok Bapak Mahyunadi benar-benar datang sendiri menjenguk dan memberikan bantuan kepada Pak Salaming dan kedua anaknya,” katanya.

Gerak cepat yang dilakukan Bakal Calon Bupati Kutim itu cukup diapresiasi oleh dia. Sebab menurutnya, jarang ada pejabat yang mau bergerak cepat dan datang menyambangi warga yang membutuhkan bantuan seperti Salaming yang sedang sakit strok dan hidup dalam serba kekurangan.

“Apa yang dilakukan Pak Mahyunadi ini termasuk sangat luar biasa menurut saya. Alhamdulillah, Bapak Mahyunadi ini termasuk tanggapnya sangat cepat. Semoga kebaikan Bapak Mahyunadi ini mendapatkan pahala di sisi Allah. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak Mahyunadi,” ucapnya sembari memanjatkan doa. “Insyaallah, doa dari mereka yang sakit dan teraniaya, akan terkabulkan,” tambahnya.

Tugas Manusia Saling Membantu
Mahyunadi sendiri menyampaikan, bahwa sudah sewajarnya manusia saling tolong menolong, apalagi terhadap mereka yang membutuhkan. Sudah menjadi kewajiban bagi dirinya juga ketika ada masyarakat yang membutuhkan untuk dia tolong.

Dia berujar, masyarakat butuh orang yang cepat tanggap seperti Maulana Yusuf untuk bisa menyampaikan kepada seluruh masyarakat dan pemerintah, kalau masih banyak masyarakat yang membutuhkan uluran tangan. Peran dari RT pun diharapkan agar bisa ekstra memantau kondisi setiap warganya.

“Mungkin apa yang saya bantu ini tidak seberapa. Mudah-mudahan ini bisa bermanfaat untuk Bapak Salaming. Anak-anak beliau juga harusnya bisa melanjutkan lagi sekolah SD dan SMP. Masa depan Bapak Salaming ini berada pada masa depan anak-anaknya,” tuturnya.

Mahyunadi berjanji, jika Allah dan masyarakat mengamanahkan dia sebagai bupati Kutim, maka ke depan pemerintah harus cepat tanggap membantu orang-orang seperti Salaming dan anak-anaknya. Jangan ada lagi masyarakat Kutim yang terlantar dan tidak mendapatkan perhatian pemerintah.

“Masalah-masalah yang seperti ini, Insyaallah akan kita coba minimalisir sedemikian mungkin. Kita akan berusaha sebaik mungkin, agar masyarakat bisa lepas dari garis kemiskinan. Dan itu menjadi visi dan misi saya bila menjadi bupati Kutim,” ucapnya yakin. (adv/E1).