‘Kanak Kembaran’, Film Pendek Karya Sineas Sangatta yang Tayang di Viu
KRONIKALTIM.COM – “Kanak Kembar” menjadi salah satu dari 16 film pendek yang diumumkan Viu, menyabut Hari Anak Nasioanl (HAN). Karya sineas muda Sangatta, Kutai Timur (Kutim), Kaltim ini berhasil menembus persaingan di program VIU shorts session 2. Film ini mengangkat kepercayaan suku Dayak Kenyah, bahwa setiap anak yang lahir memiliki kembaran seekor buaya.
Film Kanak Kembar yang mengangkat kearifan lokal ini banyak mengambil setting lokasi di sekitaran sungai dekat Perumahan G House Swarga Bara, filim ini memiliki durasi 11.05 menit. Lanas bagaimana perjalan film ini bisa lolos?
Angga, sutradara Kanak Kembar mengatakan, pada awalnya ada sepuluh cerita yang ditawarkan ke para mentor Viu Shorts! terdiri dari para sineas berkompeten di bidangnya. Akhirnya terpilih Kanak Kembar yang mengangkat cerita tentang dua orang perempuan kembar, satunya manusia diperankan oleh Juliani dan satunya lagi siluman buaya berwujud manusia dimainkan oleh Livinia Leony.
Dalam sinopsisnya, perjalanannya hingga beranjak besar, dua orang perempuan ini tidak pernah terpisahkan. Hingga endingnya pada suatu hari salah seorang perempuan tersebut jatuh pingsan, karena sang ibu yang diperankan oleh Ika Tri Hastanti, seperti biasa melakukan ritual melarungkan sajen di sungai tidak sampai ke siluman buaya. “Karena sajen itu nyangkut di bebatuan,” beber Angga.
Dia bercerita mengenai jalan cerita Film Kanak Kembar ini, awalnya tim produksi film di work shop oleh mentor, setelah itu mencari ide cerita yang akan dibawakan. “Akhirnya terpilih Kanak Kembar karena punya sisi cerita yang menarik,” jelas Angga. Menurutnya, proses syutingnya pun cukup cepat, hanya selama dua hari dan dibantu sebanyak 20 orang kru film yang rata-rata pelajar.
Angga optimis, karya sineas Sangatta di Kutim tidak hanya sampai di sini saja. Ke depan komunitas film dari Kelas Sinema akan terus berkarya, memproduksi film dan tentunya menggelar screening film lewat dialog. Dalam hal ini, kata dia, tentunya para sineas lokal meminta perhatian dari Pemkab Kutim untuk mengembangkan minat dan bakat sineas di daerah lewat dukungan anggaran.
Para awak kru film Kanak Kembar kini tengah menunggu hasil pemenang dari 16 film pendek yang masuk di Viu Shorts! Season 2 dari dewan juri Viu untuk menentukan film terbaik. Sineas yang berhasil menjadi juara akan menerima beasiswa dari Viu untuk belajar sinematografi di Institut Seni Jakarta (IKJ) selama empat tahun.
“Pada saat yang sama menerima kesempatan untuk bekerja secara profesional sebagai bagian dari tim Viu Original di Indonesia,” urainya.
Karya ini diharapkan dapat mengikuti jejak kesuksesan film-film pendek Viu Shorts! Season 1 yang mencatat sejumlah catatan penting. Selain diputar di ajang Cannes Film Festival 2019, film pendek Miu Mai karya pelajar asal kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, juga meraih kemenangan dalam kategori Best Short Form Content pada ajang Asian Academy Creative Awards 2019.
Setiap tahun, salah satu siswa paling berbakat dalam program Viu Shorts! juga menerima beasiswa untuk belajar Sinematografi di Institut Seni Jakarta selama empat tahun, dan pada saat yang sama menerima kesempatan untuk bekerja secara profesional sebagai bagian dari tim Viu Original di Indonesia.
Varun Mehta, Country Head, Viu Indonesia, mengatakan, “Viu di Indonesia ingin mendukung industri kreatif dengan memberdayakan bakat-bakat di seluruh negeri ini. Dua musim Viu Shorts! telah menghasilkan 33 sutradara muda berbakat dan lebih dari 900 kreator muda di industri konten dari 33 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.”
Film-film pendek Viu Shorts! Season 2 dapat dinikmati di aplikasi Viu yang dapat diunduh di App Store, Google Play, dan smart TV tertentu, serta website viu.
Sementara itu, Plt Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Josua Puji Mulia Simandjuntak menjelaskan bergagai hal mengenai Viu Shorts! Season 2. Kepada awak media di Jakarta, Kamis (23/07), ia mengatakan, ke-16 film pendek terpilih akan tayang di Indonesia dan 15 negara lain yakni Hong Kong, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand dan Myanmar di Asia.
Kemudian, Bahrain, Mesir, Yordania, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi dan UEA di Timur Tengah; serta Afrika Selatan.
Di Viu Shorts! Season 2 telah digelar di 16 kota selama 8 bulan, dimulai pada Agustus 2019 hingga Maret 2020. Dengan dukungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Wardah, brand kosmetik terkemuka di Indonesia, sebanyak 16 cerita hebat telah berhasil diproduksi menjadi 16 film pendek oleh hampir 700 pelajar dan talenta lokal dari 16 kotamadya dan kabupaten, di antaranya:
G-Rain karya pelajar asal Batu, Jawa Timur. Film ini memperlihatkan keindahan alam pegunungan kota Batu, dan menceritakan budaya unik suku Tengger, yang rutin melakukan ritual khusus untuk mengatur volume dan frekuensi hujan.
Melaiq karya pelajar dari Mataram, Nusa Tenggara Barat. Dengan latar belakang keindahan pantai, film ini mengangkat tradisi khas suku Sasak, yang menguji keseriusan dan keberanian seorang pria dalam membangun rumah tangga dengan cara menculik wanita yang akan dilamarnya
Tak kalah memukau, film pendek Kanak Kembar dari Kota Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan timur. Film ini mengangkat kepercayaan suku Dayak Kenyah, bahwa setiap anak yang lahir memiliki kembaran seekor buaya.
Secara lengkap, inilah 16 film pendek Viu Shorts! Season 2: Memargi Antar (Klungkung), Kalang Obong (Kendal), Penari Larangan (Majalengka), Kakaluk Fulan Fehan (Atambua), Dawuk (Cilacap), Danau Pengantin (Tangerang), Bulu Mata (Jakarta Selatan), Melaiq (Mataram), Ikan Merah (Magelang), Kelar Kelor (Kulon Progo), Limo Wasto (Surakarta), Pohon Pengantin (Salatiga), G-Rain (Batu), Lae Pandaroh (Dairi), Kanak Kembar (Sangatta) dan La Love (Palu). (ersa).