Anak Mualaf di Desa Bukit Makmur Butuh Perhatian Lebih

KRONIKKALTIM.COM – Komunitas Anak Lokal (ANALOK) Kutai Timur (Kutim) di hari pertama lebaran Idul Fitri tahun ini, berkunjung ke Desa Bukit Makmur, Kecamatan Kaliorang, Kutim, (24/05/2020) kemarin.

Dalam kunjungan tersebut mereka disuguhi berbagai macam cerita menarik, diantaranya tentang anak mualaf yang butuh perhatian lebih.

Ya, menjadi seorang mualaf di pedalaman atau perkampungan memang tidaklah mudah. Segala sesuatu yang dibutuhkan seringkali sulit didapatkan seperti sarana dan prasana untuk menunjang pembelajaran agama.

Selain itu, mereka sangat membutuhkan seorang da’I atau tenaga penyuluh untuk pendampingan dan pengembangan keimanan mereka.

Secara khusus hal tersebut dirasakan oleh 20 anak mualaf yang berada di pedalaman. Tepatnya di daerah Jl. Kempasir, Desa Bukit Makmur, Kecamatan Kaliorang, Kutim.

“Pada hari Raya Idul Fitri kemarin (24/05/2020), saya dan teman-teman komunitas pergi berkunjung sekaligus silaturahim ke kempasir sekalian bersedekah kepada 20 anak yang telah lama menjadi mualaf. Anak-anak itu sangat senang melihat kedatangan kami. Saya tau ada anak-anak mualaf disana karena teman yang bekerja dan tinggal di daerah tersebut,” tutur Hamriadi, Ketua ANALOK Kutim.

Ketika komunitas ANALOK tiba di lokasi, mereka disambut hangat oleh dua orang yang membina anak-anak mualaf tersebut, yaitu Ustadz Abd. Rahman dan Ustadz Firdaus. Perbincangan pun belangsung cair mengenai keberadaan 20 anak mualaf yang di maksud.

Kepada Hamriadi, Ustadz Firdaus bercerita bahwa selama ini, anak-anak mualaf yang merupakan penduduk asli di daerah itu, belajar dan beribadah di sebuah musholla yang masih kurang memadai. Musholla tersebut, kata dia, di bangun dengan uluran tangan para masyarakat dan dana pribadi.

“Sebenarnya masih banyak yang menjadi kendala dalam membina mereka. Seperti kurangnya Al-Quran, buku-buku mengenai Agama Islam dan sebagainya. Sehingga sangat membutuhkan dukungan dan bantuan dari pemerintah setempat maupun pusat agar lebih memperhatikan mereka,” tutur Hamriadi, menirukan ucapan Ustadz Firdaus.

Selain itu, lanjut dia, disana ada program mengahafal Al Quran yang bertujuan untuk mencari bibit bibit hafidz dan hafizah yang kelak bisa menjadi icon/duta perwakilan MTQ baik tingkat kabupaten, provinsi, maupun nasional.

Sejatinya, keterbatasan tidak menjadi halangan bagi anak-anak mualaf untuk terus belajar Agama Islam. Namun, keterbatasan tersebut tentu juga membutuhkan perhatian hingga haruslah diatasi dengan segera.

Sumber daya manusia (ustadz), sajadah, sarung bagi anak laki-laki, mukena bagi anak perempuan, Al-Quran, buku-buku Islam, semua itu tentu saja menjadi sangat penting bagi para mualaf yang sedang belajar apalagi di daerah pedalaman.

Untuk itu, perlu disadari oleh semua pihak termasuk pemerintah, organisasi, lembaga, atau pun seseorang yang memiliki kemampuan lebih untuk bisa memberikan dukungan serta bantuan untuk para anak-anak mualaf tersebut, agar mereka terus semangat dalam mempelajari Agama Islam. Karena mereka adalah generasi-generasi penerus yang dapat memberikan pengaruh besar untuk Agama Islam di Kaltim dan Kutim secara khususnya. (Hamriadi/arm/ersa).