Cerita Wali Murid di Kutim Dampingi Anak Sekolah di Rumah

Ilustrasi belajar bersama anak(Shutterstock)

KRONIKKALTIM.COM – Bersekolah dari rumah menjadi tantangan tersendiri bagi siswa maupun orangtua atau wali murid. Pasalnya, cara baru bersekolah yang seolah mudah dijalani, pada kenyataannya tak seindah dugaan. Neli, pegawai negeri sipil di Kutai Timur (Kutim), adalah salah satu wali murid yang merasakan hal tersebut.

Sebelum mengerjakan tugas dalam rangka bekerja di rumah sebagai aparatur sipil negara, Neli juga harus mengatur waktu untuk mendampingi sekolah daring keponakannya.

Dalam prosesnya, selain dihadapkan pada bentrok waktu antara mendampingi anak sekolah daring dan harus bekerja, Neli dan orangtua siswa juga harus lebih sabar menghadapi suasana hati anak yang lama-lama bosan di rumah terus.

“Ya, semua harus kita lakukan demi kebaikan bersama, suasana hati anak juga harus kita perhatikan agar mereka tetap betah mengikuti sistem bersekolah dari rumah,” ujar Neli, Jumat (10/4/2020).

Pandemi Covid-19 mengubah segala tatanan cara hidup, termasuk soal bersekolah bagi siswa. Sudah lebih tiga pekan terakhir, rumah yang biasanya menjadi tempat berkumpul bersama keluarga dan beristirahat dari padatnya kesibukan bekerja atau bersekolah, kini harus diseuaikan dengan program belajar mandiri. Bersekolah di rumah dilakukan siswa sesuai kebijakan pemerintah.

“Kalau ditanya soal efektif atau tidak sekolah dari rumah, saya pikir tergantung kondisinya. Tapi menurut saya ini tantangan kita semua, termasuk di dinas pendidkan dan sekolah-sekolah,” terang Neli.

Neli lanjut menjelaskan, tergantung kondisi itu dikarenakan tidak semua siswa di Kutim memiliki dukungan yang sama lantaran situasi dan kondisi. Selain orang tua dan siswa itu sendiri, dukungan dari letak geografis juga menjadi penentu efektifnya penerapkan sistem belajar di rumah.

“Mungkin juga ada beberapa siswa yang menggunakan telepon seluler jenis android tapi letak rumahnya berada di pelosok atau pesisir daerah yang keberadaan sinyalnya sangatlah terbatas. Nah, kalau ini saya kira jadi hamabatan juga. Entah sistem belajarnya seperti apa kalau situasi dan kondisinya seperti itu,” tuturnya.

Selain Neli, orang tua dan keluarga siswa lainnya juga ikut meluangkan waktu sebagai pendampingan kegiatan bekajar mengajar di rumah tersebut.

Dalam sistem belajar dari rumah, sekolah keponakan Neli menerapkan tatap muka kelas jarak jauh dengan diawasi guru. Tatap muka menggunakan fasilitas konferensi video yang dibagi ke dalam beberapa sesi.

Selain itu, pihak sekolah juga memberikan tugas-tugas harian untuk mata pelajaran terkait yang dijadwalkan setiap hari. Tugas-tugas tersebut diunggah setiap sore hari untuk kemudian dikerjakan keesokan paginya dengan pendampingan orangtua.

Grup WhatsApp yang khusus dibuat untuk orangtua pun dijadikan wadah untuk membagikan kegiatan belajar dari rumah tersebut. (adv/ersa).