Kota-kota yang Memiliki Fasilitas Bermain Untuk Lansia

KRONIKKALTIM.COM – Pada 2014, Jay Maddock, dosen kesehatan masyarakat di Texas A&M University di Amerika Serikat, sedang melakukan perjalanan penelitian ke China ketika salah satu aspek budaya lokal menarik perhatiannya.

“Saya sedang berjalan-jalan ke taman di dekat hotel saya, di kota Nanchang dan melihat ratusan lansia sedang berolahraga bersama,” katanya.

Maddock yang merasa tertarik dengan kegiatan tersebut, memutuskan untuk mencari data tentang berapa taman yang digunakan oleh lansia di antara delapan taman di Nanchang.

“Kami menemukan bahwa lebih dari 50% pengguna adalah orang-orang lanjut usia, dan Amerika Serikat tidak ada penelitian yang pernah menemukan lebih dari 15%.”

Pagi-pagi sekali kerumunan para orang lanjut usia tersebut berduyun-duyun ke taman-taman umum untuk olah tubuh harian mereka, termasuk menari, Qiqong atau sekedar senam ringan. Banyak yang memanfaatkan peralatan olah raga seperti perlengkapan fitnes untuk latihan kardio dan kekuatan ringan. Alat-alat latihan yang berwarna-warni ini dapat menyerupai taman bermain untuk anak-anak, tapi diperuntukkan untuk lansia.

Seiring pemerintahan di seluruh dunia sedang berupaya menjaga agar populasi mereka yang menua tetap sehat lebih lama dari sebelumnya, ‘taman bermain lansia’ mulai diperkenalkan di luar China. Beberapa kota termasuk London, Berlin dan Toronto semua memiliki taman bermain untuk lansia. Akan tetapi, membangun fasilitas ini hanyalah satu aspek dari menciptakan budaya di mana para pensiunan merasa percaya diri melakukan olahraga.

Tidak ada lompatan basket di sini

Kebiasaan olahraga pagi para lansia di China berakar pada tradisi budaya yang telah berlangsung lama, kata Elisabeth Hsu, dosen antropologi di Oxford University.

Panduan tentang bangun pagi ditemukan di Huangdi Neijing (The Yellow Emperor’s Inner Canon), buku yang berisi pengetahuan medis dari abad ke-3 SM dan seterusnya yang dianggap sebagai pilar pengobatan tradisional China.

Aspek kolektif latihan mungkin kembali ke latihan kelompok yang digencarkan pemerintah di tahun 1950an ketika mereka yang sekarang menua sedang tumbuh dewasa.

Namun, Profesor Anastasia Loukaitou-Sideris, dosen perencanaan kota dari University of California, Los Angeles yang pernah meneliti penggunaan taman oleh para lansia di berbagai negara, mengatakan bahwa meskipun budaya berperan, namun lokasi, desain dan fasilitas-fasilitasnya adalah yang paling berpengaruh untuk digunakan oleh kalangan warga senior.

“Seringkali warga lansia merasa tidak diterima di taman yang biasanya dirancang untuk populasi yang lebih muda, dengan kata lain, secara psikologis mereka tidak dapat mengakses taman-taman,” jelasnya.

Temuan Loukaitou-Sideris mirip dengan observasi yang dikumpulkan oleh Maddock dalam penelitiannya tentang taman-taman di Nanchang.

“Taman-taman yang kami teliti tidak dirancang untuk pengguna-pengguna berusia muda, kami tidak melihat lapangan basket atau baseball, melainkan jalur pejalan kaki dan alat-alat yang dirancang untuk orang dewasa,” jelasnya.

Memang, beberapa taman untuk lansia yang sudah lama berdiri di luar China bisa sukses berkat fitur desain untuk umur tertentu. Ketika Harry Cane, seorang pensiunan apoteker dari Delta, sebuah kota yang merupakan bagian dari Kanada, pulang ke rumah dari suatu perjalanan ke China, merasa begitu terkesan dengan taman-taman untuk lansia itu, sehingga dia mengajukan gagasan tersebut kepada Dewan Kota.

“Cane memilih peralatan olahraga seperti yang dia lihat di China,” kata Dan Copeland, penasihat kota Delta, menambahkan bahwa alat yang paling populer adalah alat yang bisa digunakan terkait dengan masalah-masalah umum lansia, seperti keseimbangan dan ketangkasan.

Sejak dibuka pada 2007, Delta Wellness Lion Park telah meningkatkan kegiatan olahraga di kalangan penduduk lansia setempat, jelas Copeland, dan telah direplikasi di 18 lokasi lain di sekitar British Columbia.

Aksesibilitas juga merupakan kunci. Terletak di antara pohon-pohon ek, London’s Hyde Park Senior’s Playground didirikan pada tahun 2009 untuk menyediakan enam peralatan olahraga untuk lansia.

Lokasinya dipilih berdasarkan kedekatan dengan jalan dan alat transportasi umum, yang keduanya berjarak sekitar 15 menit berjalan kaki.

Sebuah studi kelayakan juga merekomendasikan penggunaan tanda-tanda yang mudah dibaca untuk memberi tanda yang jelas dan menyediakan cara penggunaan peralatan olahraga yang diperuntukkan untuk lansia itu. Seperti halnya di Delta, peralatan di Hyde Park dipilih untuk memenuhi kebutuhan fisiologis para lansia, seperti peregangan dan peningkatan kekuatan.

Salah satu ide taman bermain untuk lansia terbesar telah dikembangkan oleh provinsi di Spanyol, Málaga, di mana saat ini memiliki 400 fasilitas sejenis. Tetapi menurut Rafael Merino-Marbán, dosen pendidikan jasmani di University of Málaga, banyak yang kurang dimanfaatkan saat ini.

“Pemerintah tidak mempelajari di mana tempat yang tepat atau alat apa yang dibutuhkan untuk memaksimalkan keefektifannya,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa penelitian yang lebih detail mengenai kebutuhan pengguna saat ini sedang berlangsung sebagai bagian dari proyek Uni Eropa untuk meningkatkan olahraga di kalangan lansia.

Terlepas dari lokasinya, Merino-Marbán menunjukkan kemiripannya dengan taman bermain untuk anak-anak, peralatan yang rusak dan rasa takut dihakimi sebagai hambatan yang dapat menghalangi lansia untuk berolahraga di taman bermain umum.

“Ketika sampai pada perasaan takut dihakimi, desain dapat membantu,” catat Maddock. “Di China area-area olahraga sering terletak di sudut berumput yang kecil, terpisah dari taman, meminimalkan jumlah penonton.”

Meski menghadapi tantangan, Merino-Marbán memperkirakan sekitar 50.000 orang menggunakan taman bermain untuk lansia di Málaga setiap minggunya. Ke depannya, dia berharap pemerintah akan membangun lebih banyak taman bermain dengan desain yang lebih baik, di berbagai kota.

“Jika para lansia lebih banyak berolahraga, mereka menjadi lebih sehat,dan artinya itu akan mengurangi biaya kesehatan publik,” katanya.

Berkurangnya biaya perawatan kesehatan adalah apa yang disebut Maddock sebagai salah satu kunci utama untuk membuat taman-taman bermain bagi lansia sebagai fitur utama desain perkotaan.

“Semakin banyak penelitian menunjukkan bahwa orang lanjut usia membutuhkan olahraga, hubungan sosial dan alam,” katanya.

Dan secara paradoks, China mungkin perlu membangun taman bermain untuk lansia yang lebih senior juga, sebagai efek dari gaya hidup modern, pekerjaan menetap dan kemudahan angkutan bermotor.

“Tingkat obesitas dan diabetes bertambah,” catat Maddock. “Dan pertumbuhan populasi urban akan menyebabkan peningkatan kebutuhan akan tempat olahraga.”